Halaman

Minggu, 31 Mei 2009

Negeri Van Orange

NEGERI VAN ORANJE
Novel ini mengkisahkan tentang persahabatan lima orang anak tanah air yang sedang menuntut ilmu di negeri kompeni (Belanda.red). Banjar, Daus, Wicak, Lintang, dan Geri. Kelompok pertemanan mereka dinamakan Aagaban. Persahabatan yang indah dan mengharukan. Dipenuhi derai tawa, juga sering kali dibanjiri air mata.
Daus (Firdaus Gojali Muthoyib bin Satiri) yang anak betawi asli, kocak, lucu, bekerja di Depatemen Agama, lulusan Fakultas Hukum UI, mendapatkan kesempatan untuk belajar dinegeri Belanda-dibiayai pemerintah.red.
Banjar (Iskandar) seorang pengusaha muda sukses yang kaya raya, sedikit arrogant, bekulit hitam, asli Kalimantan lulusan ITB. Sengaja kuliah di Belanda karena taruhan dengan temanya, Goz. Goz bertaruh jika Banjar tidak akan bertahan lama hidup di Belanda dengan tidak didampingi kekayaan yang ia miliki sekarang. Banjar harus membawa harta seadanya saja. Cukup untuk biaya naik pesawat, dan tinggal di Belanda selama beberapa hari. Selebihnya Banjar harus usaha sendiri.
Wicak (Wicak Adi Gumelar) sang anak rimba. Anak Banten asli, lulusan Fakultas Kehutanan IPB. Suka menjelajahi hutan, mendaki gunung, dan termasuk orang yang perduli alam, sangat menentang illegal logging. Suatu hari pernah hampir mati akibat menyamar untuk meyelidiki kasus illegal logging di Kalimantan. Wicak diekstradisi ke Belanda akibat kasus tersebut, dan ia dibiayai untuk mengambil S2.
Lintang (Anandata Lintang Pesada) satu-satunya wanita di Aagaban. Sangat tertarik dengan kesenian budaya tanah air maupun manca negara. Lulusan Fakultas Sastra Universitas Negeri Depok beberapa kali mewakili Indonesia dalam acara perkurakan kebudayaan dunia. Kuliah di Belanda dengan hasil kerja sendiri, karena mengumpulkan tabungan dari honor yang ia dapatkan. Mengambil S2 European Studies Universitas Leiden, Belanda.
Garibaldi Utama Anugraha Atmadja (Geri) anak pengusaha kaya raya, digilai banyak wanita, sekolah S1 di Belanda. Melanjutkan S2 juga di Belanda. Anggota Aagaban yang hidup paling aman sentosa. Baik hati dan tidak sombong, pintar pula, sayang keluarga dan sahabat Aagabannya. Sangat memperdulikan mereka.
Di suatu pertemuan tidak sengaja di Stasiun kereta api Amersfort membuat kelima anak tanah air ini memulai persahabatan mereka. Selanjutnya kisah persahabatan mulai mewarnai hari-hari mereka, dari harus mengayuh sepeda berkilo-kilometer untuk menghemat ongkos, bekerja di lestoran milik pengusaha Indonesia dengan bayaran 10 euro perjam untuk menambah uang jajan, menjadi pengajar tari anak-anak Dubes Indo yang ada di Belanda, sampai harus memaksimalkan fasilitas perpustakaan sampai pukul 11 malam, untuk mebuat makalah, paper atau menyelesaikan tugas dengan gratis. Ditambah masalah tesis yang membuat kelima anak tanah air ini kalang kabut. Tapi disinilah sisi menarik dari mereka.
Tidak hanya itu di novel ini juga banyak tips2 dan trick2 khusus bin lucu bin ajaib tentang bagaimana cara bertahan hidup dan belajar di Negeri Orang.
Sering di temukan permasalahan yang dipecahkan bersama, perselisihan , dan kesalah pahaman yang akhirnya semakin membuat persahabatan menjadi sangat berarti.
Pokoknya g nyesel deh baca nih novel, dahsyatnya sama kayak Laskar Pelangi, Ayat-Ayat Cinta, bahkan Harry Potter sekalipun.
And finally kelima anak tanah air ini hidup bahagia dengan sejuta harapan dan cita-cita, dan sebekal ilmu serta berjuta pengalaman yang natinya mengubah hidup mereka menjadi lebih baik lagi.
Allahuakbar… Sungguh memberi motivasi untuk berjuang dengan sungguh-sungguh… Subhanallah… Keren nyan…
Last Don’t give up. Come on guys we make our dream come true… Amin…Amin…Amin…Yaa Robbal alami… see ya…
(Sunday, May 31, 2009. 21.50 WAR)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar